Judul : PERGI
Penulis : Tere Liye
Penerbit : Sabakgrip
Jumlah halaman : 439
Buku ini merupakan buku kedua yang telah saya baca bagi tahun 2022. Ia selesai dibaca pada bulan Januari lalu, tapi baru sekarang saya berkesempatan membuat catatan di blog.
Novel Pergi karya penulis dari Indonesia ini merupakan lanjutan novel Pulang yang telah saya baca beberapa tahun lalu (saya tak buat catatan bacaannya di blog). Watak utama novel ini ialah Agam a.k.a. Bujang a.k.a. Si Babi Hutan. Sebuah novel aksi, genre kegemaran saya.
Sinopsis
Dalam novel Pergi, Bujang sudah menjadi Tauke Besar iaitu ketua Keluarga Tong yang merupakan salah satu keluarga penguasa shadow economy di Asia Pasifik. Selain menyelesaikan konflik yang terjadi di antara keluarga penguasa shadow economy, Bujang dikejutkan dengan kenyataan bahawa dia mempunyai saudara sebapa. Bujang berusaha menyusuri masa lalu bapanya untuk menjejaki saudaranya.
Ada beberapa kejutan di akhir kisah novel ini, yang mana salah satunya merupakan jawapan kepada judul novel ini. Pergi. Ke manakah Bujang akan ‘pergi’?
Petikan novel
“Kehidupanmu ada dipersimpangan berikutnya, Agam. Dulu kau bertanya tentang definisi pulang, dan kau berhasil menemukannya, bahwa siapapun pasti akan pulang ke hakikat kehidupan. Kau akhirnya pulang menjenguk pusara Bapak dan Mamakmu, berdamai dengan masa lalu menyakitkan. Tapi lebih dari itu, ada pertanyaan penting berikutnya yang menunggu dijawab. Pergi. Sejatinya ke mana kita akan pergi setelah tahu definisi pulang tersebut. Apa yang harus dilakukan? Berangkat ke mana? Bersama siapa? Apa ‘kendaraannya’? Dan ke mana tujuannya? Apa sebenarnya tujuan hidup kita? Itulah persimpangan hidupmu sekarang, Bujang. Menemukan jawaban tersebut. Kau akan pergi ke mana, Nak.”
Seperti selalunya, saya sentiasa teruja dan fokus bila membaca hasil karya Tere Liye. Apalagi bila sedang membaca babab-babak situasi pertarungan, terasa debarannya. Pada ayat tertentu, saya mengulang-ulang baca sama ada kerana terpesona dengan keindahan bahasa atau kerana ayat tersebut membuat saya berfikir tentang kehidupan.
Novel Pergi ada lanjutannya, iaitu Pulang-Pergi yang telah selesai saya baca pada bulan lalu juga. Saya berhutang satu catatan bacaan. Dan sekarang saya sedang menikmati hasil penulisan terbaru oleh ustaz Pahrol Mohamad Juoi, Seperti Air Yang Mengalir.
“…dalam banyak hal kita tidak bisa memilih waktu terbaik. Saat sesuatu itu datang, kita hanya bisa bersiap menghadapinya.” - Pergi, Tere Liye
rajinnye mak baca buku novel,. ;p
ReplyDeleteTengah rajin, layan..😀
DeleteRasanya 'Pergi' merujuk ke alam barzakh.
ReplyDeletePuitis sungguh ayat-ayatnya.
Lebih kurang gitu la kot, jalan apa yang dipilih untuk menuju akhirat.
Deletesy ada sorg member mmg suka baca novel dr penulis indon... dan lepas baca pun dia suka ulas jugak.. penulis indon ni lg puitis kan? dia x straight to the point sgt... sy pulak blom try lg
ReplyDeleteSetakat ni saya baru baca karya beberapa penulis Indonesia, rasanya Tere Liye ni paling puitis ayatnya. Ya, tak straight to the point. Kita kena berfikir apa maksud kata-kata tu.
DeleteSimple je cover dia... nice
ReplyDeleteKan..saya pun suka dengan cover buku ni.
Deleteaturannya - kena baca novel Pergi dulu sebelum novel Pulang..hehe..indah sungguh bait2 bahasa..
ReplyDeleteTerbalik..hehe
DeletePulang
Pergi
Pulang-Pergi
Selain Pramoedya Ananta Toer, saya minat karya Tere Liye. Banyak falsafah hidup yang boleh dikutip dari tulisannya.
ReplyDeleteBetul. Setiap novelnya ditunjangi falsafah hidup. Itu yang menarik dan membuat kita berfikir tentang diri sendiri.
DeleteSaya masih belum baca karya Pramoedya. InsyaAllah satu masa nanti..
Tajuk yang ringkas tapi isinya mendalam. Cantik sekali bahasa yang digunakan.
ReplyDeleteTerpesona dengan gambar yang akak ambil tu. Moment yang kena dengan tajuk buku.
Terima kasih Fiza 😊
DeleteAgak bersastera bahasa dia
ReplyDeleteIndah bahasa digunakan, jadi seronok baca.
DeleteSaya suka juga baca karya Tere Liye ni
ReplyDeleteYeayy..sep! 🖐
Delete